Pengertian Nuzulul Qur'an dan Proses Turunnya Al Qur'an

Pengertian Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an terdiri dari kata nuzul dan Al Qur’an yang berbentuk idhafah. Penggunaan kata nuzul dalam istilah nuzulul Qur’an (turunnya Al Qur’an) tidaklah dapat kita pahami maknanya secara harfiah, yaitu menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah, sebab Al Qur’an tidaklah berbentuk fisik atau materi. Tetapi pengertian nuzulul Qur’an yang dimaksud adalah pengertian majazi, yaitu penyampaian informasi (wahyu) kepada Nabi Muhammad SAW. dari alam gaib ke alam nyata melalui perantara malakikat Jibril as.

Muhammad Abdul Azhim Al-Zarqani mentakwilkan kata nuzul dengan kata i’lam (seperti yang dikutip oleh Rif’at Syauqi Nawawi dan M. Ali Hasan). Alasannya: 

  • pertama, mentakwilkan kata nuzul dengan i’lam berarti kembali pada apa yang telah diketahui dan dipahami dari yang diacunya. 
  • kedua, yang dimaksud dengan adanya Al Qur’an di Lauh Al-Mahfuzh, Baitul ’Izzah dan dalam hati Nabi SAW. juga berarti bahwa Al Qur’an telah di-i’lam-kan oleh Allah pada masing-masing tempat tersebut sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebenaran,. 
  • ketiga, mentakwilkan kata nuzul dengan i’lam hanyalah tertuju pada Al Qur’an semata dengan semua segi dan aspeknya.

Peristiwa Nuzulul Qur’an terjadi pada malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Peristiwa tersebut dikisahkan dalam sebuah firman Allah surat Al Baqarah ayat 185 yang berbunyi :

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ‌ۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَ‌ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ (١٨٥) 

“Ramadhan yang padanya diturunkan Al Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah.”

Menurut bahasa, kata Al Qur’an adalah bentuk masdar dari kata kerja qara’a yang berarti membaca. Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Shalih berarti bacaan, asal kata qara’a. Kata Al Qur’an itu berbentuk masdar dengar arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca). Karena Al Qur’an bukan saja harus dibaca oleh manusia, tetapi juga karena dalam kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya baik pada waktu shalat maupun diluar shalat.

Proses Turunnya Al-Qur’an

Perbedaan kitab Al Qur’an dipandang dari aspek proses penurunannya sangat jauh berbeda dengan kitab-kitab wahyu lainnya. Sehingga karena alasan perbedaan tersebut, sikap meragukan sumber munculnya teks wajar ketika dipertanyakan oleh orang-orang kafir. Dalam Al Qur’an Allah mengabadikan pertanyaan mereka :

وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَوۡلَا نُزِّلَ عَلَيۡهِ ٱلۡقُرۡءَانُ جُمۡلَةً۬ وَٲحِدَةً۬‌ۚ ڪَذَٲلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِۦ فُؤَادَكَ‌ۖ وَرَتَّلۡنَـٰهُ تَرۡتِيلاً۬ (٣٢) 

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al- Furqan : 32)

Menurut Manna’ Al-Qaththan, terdapat dua mazhab pokok di kalangan para ulama di seputar pemahaman tentang proses turunnya Al-Quran, yaitu:

1. Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al Qur’an ialah turunnya Al Qur’an secara sekaligus ke Baitul ’Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada para malaikatnya bahwa betapa besar masalah ini, selanjutnya Al Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesuai dengan peristiwa- peristiwa yang mengiringinya sejak beliau diutus sampai wafatnya. Pendapat ini didasarkan pada riwayat-riwayat dari Ibnu Abbas. Antara lain:
  • “Al Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada lailah al-qadr. Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh tahun.”
  • “Al Qur’an itu dipisahkan dari al-zikr, lalu diletakkan di Baitul ’Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW.”
  • “Al Qur’an diturunkan pada lailah al-qadr pada bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus, lalu ia diturunkan secara berangsur-angsur.”

2. Pendapat yang disandarkan pada al-Sya’bi bahwa permulaan turunnya Al Qur’an dimulai pada lailah al-qadr di bulan Ramadhan, malam yang diberkahi. Sesudah itu turun secara bertahap sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya selama kurang lebih dua puluh tiga tahun. Dengan demikian, Al Qur’an hanya memiliki satu macam cara turun, yaitu turun secara bertahap kepada Rasulullah SAW., sebab yang demikian inilah yang dinyatakan oleh Al Qur’an:

وَقُرۡءَانً۬ا فَرَقۡنَـٰهُ لِتَقۡرَأَهُ ۥ عَلَى ٱلنَّاسِ عَلَىٰ مُكۡثٍ۬ وَنَزَّلۡنَـٰهُ تَنزِيلاً۬ (١٠٦) 

“Dan Al Quran itu Telah kami turunkan dengan berangsur- angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al-Isra’ : 106)

Di samping dua pendapat mayoritas di atas, terdapat lagi pandangan-pandangan yang lain, yaitu:

  • Pendapat yang menyebutkan bahwa Al Qur’an diturunkan ke langit dunia pada dua puluh malam kemuliaan (lailah al-qadr), yang setiap malam kemuliaan tersebut ada yang ditentukan oleh Allah untuk diturunkan setiap tahunnya, dan jumlah untuk satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW.
  • Ada juga sebagian ulama yang berpandangan bahwa Al Qur’an turun pertama-tama secara berangsur-angsur ke Lauh Al-Mahfuzh, kemudian diturunkan secara sekaligus ke Baitul ‘Izzah. Dan setelah itu, turun sedikit demi sedikit.
  • Pendapat yang menetapkan tiga tahap proses penurunan Al Qur’an di atas, mulai dari penetapannya di Lauh Al-Mahfuzh, kemudian menuju langit dunia di Baitul ‘Izzah, kemudian ditetapkan dalam hati Rasululllah SAW. 
Berikut beberapa firman Allah yang menyatakan bahwa Allah menurunkan Al Qur’an kepada manusia melalui 3 tahap penurunan yaitu :

1. Di Lauh al Mahfuzh

بَلۡ هُوَ قُرۡءَانٌ۬ مَّجِيدٌ۬ (٢١) فِى لَوۡحٍ۬ مَّحۡفُوظِۭ (٢٢) 

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauhul Mahfuzh.” (Q.S. Al Buruj ayat 21-22)

2. Dari Lauh al Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah

إِنَّآ أَنزَلۡنَـٰهُ فِى لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ (١) 

“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan.” (Q.S. Al Qadr ayat 1)

شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِ‌ۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُ‌ۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَ‌ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ (١٨٥)

“Ramadhan yang padanya diturunkan Al Qur’an, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah.” (Q.S. Al Baqarah ayat 185)

إِنَّآ أَنزَلۡنَـٰهُ فِى لَيۡلَةٍ۬ مُّبَـٰرَكَةٍ‌ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ (٣) 

“Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (Q.S. Ad Dukhan ayat 3)

3. Dari Baitul ‘Izzah ke Rasulullah SAW

نَزَلَ بِهِ ٱلرُّوحُ ٱلۡأَمِينُ (١٩٣) عَلَىٰ قَلۡبِكَ لِتَكُونَ مِنَ ٱلۡمُنذِرِينَ (١٩٤) 

“Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (Q.S. Asy Syu’ara ayat 193-194)

Sumber: 

Last Modified: 23/2/2024