Perilaku dan Kompetensi Guru Yang Tidak Efektif


Wragg et.al (2000), menemukan sejumlah indikator yang menunjukkan perilaku dan kompetensi sebagai guru yang tidak efektif yaitu:

Inability to control the class. Guru yang termasuk dalam kategori ini adalah guru yang menunjukkan indikator ketidakmampuan dalam mengendalikan kelas, sehingga dalam pembelajaran kelas tampak tidak terorganisir, masing-masing siswa memiliki kegiatan sendiri-sendiri yang tidak terfokus pada pembelajaran. Sementara proses pembelajaran berlangsung guru tidak mampu mengendalikan kegiatan siswa untuk fokus pada pembelajaran yang sedang berlangsung.

Poor planning and preparation. Guru yang termasuk dalam kategori ini adalah guru yang menunjukkan perilaku buruk dalam perencanaan mengajar dan atau persiapan mengajar. Meskipun ada perencanaan hanya sekadarnya tanpa mengikuti perencanaan yang utuh dan lengkap. Bahkan banyak di antara mereka kalau ditanya kenapa tidak membuat perencanaan dan persiapan selalu menjawab bahwa perencanaan dan persiapan tersebut sudah ada dalam otak.

Poor subject knowledge. Guru yang termasuk dalam kriteria ini adalah mereka yang menunjukkan buruknya penguasaan bahan ajar/pengetahuan yang akan diajarkan. Guru tidak mampu menjelaskan secara luas dan mendalam apa yang seharusnya dikuasai oleh siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Pada saat mengajar guru tidak menguasai bahan ajar yang ditunjukkan mereka selalu memegang buku dan membaca apa yang ada dalam buku tanpa dapat menjelaskan apalagi memperluas dan memperdalam materi yang sedang diajarkan apalagi menghubungkan antara satu materi dengan materi lain atau satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya.

Poor teaching. Guru yang termasuk dalam kategori poor teaching adalah mereka yang terlihat buruk dalam menggunakan model, pendekatan dan atau strategi pembelajaran secara baik, inovatif dan kreatif. Biasanya guru ini dalam pembelajaran menggunakan metode-metode pembelajaran yang konvensional /tradisional tanpa dapat memvariasi atau menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Low expectations of pupils. Guru yang memiliki harapan yang rendah terhadap siswa adalah guru yang merasa tidak punya keyakinan terhadap siswanya untuk berprestasi tinggi. Akibatnya semua kegiatan pembelajaran yang dilakukannya cenderung berkadar kualitas yang rendah. Apa pun yang dia lakukan termasuk dalam membuat pertanyaan atau permasalahan hanya berkisar pada kognitif tingkat pertama seperti kemampuan menghafal, atau paling tinggi pemahaman saja tanpa berani membuat pertanyaan sampai pada tahap analisis, sintesis apalagi tingkat evaluasi.

Poor relationships with pupils. Guru yang tergolong dalam kategori buruk dalam berkomunikasi /berhubungan dengan para siswa, adalah mereka yang tidak dapat membangun komunikasi dengan siswanya secara baik. Dia tidak dapat memperlakukan siswanya sebagai teman, anak, peserta didik dan sebagainya. Akibatnya siswa juga tidak dapat membangun keterbukaan kepada guru saat dia menghadapi masalah, padahal guru dalam fungsinya sebagai pembimbing memerlukan keterbukaan siswa dalam masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar agar bantuan bimbingan yang diberikan tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam memecahkan masalah. 

Sumber: Wragg, E.C., Hayness, G.S., Wragg, C.M., & Chaamberlin, R.P. (2000). Failing Teachers? London: Routledge.