Alasan Pragmatis Penelitian Tindakan Sekolah


Setiap pekerjaan, termasuk pekerjaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah, selalu
ada persoalan yang dihadapi. Persoalan tersebut, sedikit ataupun banyak, pasti akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuannya. Oleh karena itu, alternatif pemecahan masalah haruslah digali, guna memecahkan persoalan tersebut. Mengingat ruang pelaksanaan aktivitas supervisi berada di satu sekolah sekolah, maka proses-proses menemukenali persoalan sekolah, merencanakan alternatif tindakan, melakukan tindakan dan mengamati hasil tindakan serta refleksinya ini kemudian dikenal dengan Penelitian Tindakan Sekolah.
Ada sejumlah alasan mengapa PTS harus dilakukan. Pertama, alasan filosofis, ialah seorang peneliti baru dipandang bertanggunjawab terhadap ilmunya, jika ketika ia mengetahui persoalan, tidak sekedar menjelaskan persoalan saja. Seorang peneliti tidak selayaknya hanya mampu menjelaskan suatu fenomena tanpa ia terlibat dalam memecahkan persoalan dari fenome yang ia terangkan. Mengetahui saja, atau dapat menjelaskan saja tentang suatu fenomena, sangat kecil kontribusinya dibandingkan dengan melakukan tindakan konkret atas persoalan dan fenomena yang ia jelaskan. Karena itu, perspektif kritis ”menuduh” peneliti yang hanya mampu menjelaskan fenomena, tanpa mampu berbuat untuk memecahkan persoalan sebagai peneliti yang tidak bertangunggungjawab.

Kedua, dengan Penelitian Tindakan Sekolah, seorang peneliti (yang juga seorang praktisi), akan merefleksikan persoalan terkait apa yang menjadi tugasnya sehari-hari. Katakanlah seorang kepala sekolah sedang melakukan tindakan-tindakan supervisi akademik di sekolah yang dipimpinnya, ia pertama kali merasakan adanya masalah akademik yang harus ia pecahkan. Karena itu, ia mencoba merumuskan masalah-masalah yang ia hadapi dan dihadapi oleh tenaga kependidikan di sekolahnya. Ia tidak berhenti merumuskan masalah saja, dan hanya menjawab dengan cara menerangkan masalah dan fenomena sebagaimana pada penelitian non tindakan. Atas berbagai masalah yang ia hadapi, ia kemudian merumuskan alternatif pemecahan dalam bentuk rencana tindakan.

Ketiga, agar rencana tindakan tersebut tidak sekedar mandeg sebagai rencana, kepala sekolah melakukan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang ia buat. Selanjutnya, ia mengobservasi hasil tindakan yang dilakukan. Dari hasil observasi ini ia akan melihat adanya peningkatan pelaksanaan supervisi. Dari hasil observasi ini, ia bisa melakukan refleksi tentang rencana tindakan berikutnya, yang akan dilakukan pada tahap atau siklus berikutnya. Pada akhirya, ia akan mampu memecahkan masalah-masalah manajerial dan akademik secara bertahap. Dengan demikian, sebagai seorang peneliti, kepala sekolah tersebut tidak hanya menjelaskan masalah, melainkan juga terlibat dalam memecahkan masalah.
Sumber:
Makalah Ali Imron: PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH UNTUK KEPALA SEKOLAH DALAM RANGKA PENINGKATAN KINERJA PEMBELAJARAN
Makalah Disampaikan pada Sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Inovasi Pembelajaran