Sastra Lisan
Sastra Melayu Klasik adalah sastra yang hidup dan
berkembang di daerah Melayu pada masa sebelum dan sesudah Islam.
Perkembangannya hingga mendekati tahun 1920-an. Kesusastran Melayu
berbentuk sastra lisan. Isi dan bentuk sastranya lebih banyak bernuasa animisme,
dinamiseme, dan Hindu-Budha. Semua hasil karya tersebut dituangkan dalam bentuk
prosa dan puisi. Untuk puisi, tampak tertuang ke dalam wujud pantun,
peribahasa, teka-teki, talibun dan mantra. Mantra, sering dikenal dengan jampi
serapah, sembur, dan seru. Sedangkan bentuk prosa berwujud cerita rakyat yang
berisi cerita-cerita sederhana dan legenda alam gaib, fantasi yang berhubungan
dengan makhluk halus, hantu dan jembalang.
Sastra lisan adalah sastra rakyat yang hidup di kalangan
rakyat. Berkembang dan beredar di kalangan rakyat. Sastra lisan ini lebih dulu
muncul dan berkembang di masyarakat daripada sastra tulis. Dalam kehiduan
sehari-hari, jenis sastra ini biasanya dituturkan oleh seorang ibu kepada
anaknya, seorang tukang cerita pada para pendengarnya, guru pada para muridnya,
ataupun antar sesama anggota masyarakat. Untuk menjaga kelangsungan sastra
lisan ini, warga masyarakatat mewariskannya secara turun termurun dari generasi
ke generasi. Sastra lisan sering juga disebut sebagai sastra rakyat, karena
muncul dan berkembang di tengah kehidupan rakyat biasa.
Cerita diturunkan dari orang tua kepada anaknya, nenek
mamak kepada cucunya, dan pencerita kepada pendengarnya merupakan bagian dari
tradisi yang berkembang di tengah raknyat jelata dengan menggunakan bahasa
sebagai media utama. Sastra lisan ini diturunkan, didengarkan dan dihayati
secara bersama-sama pada peristiwa tertentu, dengan maksud dan tujuan tertentu
pula. Peristiwa-peristiwa tersebut antara lain berkaitan dengan upacara
perkawinan, upacara penanaman, menuai padi, kelahiran bayi, dan upacara yang
bertujuan magis. Sastra lisan sangat digemari oleh warga masyarakat yang
biasanya didengarkan bersama-sama. Pada umumnya sastra rakyat ini mengandung
gagasan, pikiran, ajaran dan harapan masyarakat. Suasana kebersamaan yang
dihasilkan dari sastra lisan berdampak positif dalam menguatkan ikatan batin di
antara anggota masyarakat.
Sastra dalam Bentuk Puisi
Sastra lisan jenis prosa biasa disebut Cerita Rakyat.
Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu masyarakat melalui
bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya, seperti
agama dan kepercayaan, undang-undang, kegiatan ekonomi, sistem kekeluargaan,
dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Oleh karena kuatnya kepercayaan
masyarakat lama pada kekuatan gaib dan keseharian mereka, maka karya sastra
prosa yang dihasilkanpun adalah karya sastra yang berhubungan dengan
kepercayaan. Pada umumnya karya sastra yang dihasilkan tersebut bertema
kepercayaan kepada roh-roh halus dan kekuatan gaib. Lahirnya cerita ini
berhubungan erat dengan mitos sebelum datangnya agama Hindu dan Islam.
Cerita tersebut menyebar hampir di semua pelosok Nusantara. Pada umumnya, cerita-cerita
rakyat mengisahkan tentang terjadinya berbagai hal, seperti terjadinya alam
semesta, manusia pertama, kematian, bentuk khas binatang, bentuk topografi,
gejala alam tertentu, tokoh sakti yang lahir dari perkawinan sumbang, tokoh
pembawa kebudayaan, makanan pokok (seperti padi, jagung, sagu, dsb.), asal-mula
nama suatu daerah atau tempat, tarian upacara, binatang tertentu, dan
lain-lain. Adapun tokoh-tokoh dalam cerita rakyat biasanya ditampilkan dalam
berbagai wujud, baik berupa binatang, manusia maupun dewa, yang kesemuanya
disifatkan seperti manusia.
Sastra Lisan dalam Bentuk Prosa
Secara garis besar sastra rakyat berbentuk prosa terbagi
atas empat jenis yaitu: Cerita asal-usul, Cerita binatang, Cerita jenaka,
Cerita pelipur lara
Cerita asal-usul merupakan cerita rakyat tertua yang termasuk
mitos dan menyebar di berbagai pelosok wilayah Nusantara. Di antaranya di
Tapanuli ada cerita asal usul terjadinya bulan, bumi dan matahari serta
terjadinya manusia sebagai penghuni bumi. Di Melayu ada cerita asal-usul pohon
besar di tepi sungai. di Pulau Jawa terkenal cerita asal usul nama Banyuwangi,
Tangkuban Perahu, dan kisah pohon tertentu atau batu tertentu dll.
Cerita binatang (fabel) adalah cerita yang sangat populer
kerena hampir terdapat semua belahan dunia. Yang berbeda hanya tokoh pelaku dan
tempat kejadian. Adapun tema dan alur ceritanya rata-rata sama selalu
menampilkan antara si lemah dan terhina melawan si kuat dan perkasa yang
akhirnya dimenangkan oleh si lemah.
Cerita jenaka (folk Romance) adalah cerita tentang
tokoh yang lucu, cerdik, licik, licin dan menggelikan. cerita ini
terlahir karena kecenderungan manusia yang suka berlebih-lebihan. Cerita
pelipur lara tersebar di Nusantara, dengan Nama tokoh berbeda tetapi alur
ceritanya sama seperti misalnya cerita Pak Pandir, untuk menyindir orang
kelewat bodoh. Lebai Malang, untuk menyindir orang yang selalu tertimpa
kemalangan. Pak Belalang untuk mengungkapkan orang yang selalu jujur. Si
Kabayan sering merangkum beberapa tokoh. Adakalanya cerdik sekali, bodoh
sekali, licik, dan mujur. Cerita pelipur lara digunakan untuk melipur lara,
melipur hati yang nestapa atau pelipur lara bagi orang-orang yang letih sehabis
bekerja seharian. Biasanya mulai diceritakan oleh pembawa cerita setelah
makan malam sampai malah hari bahkan jika ceritanya panjang cerita bersambung
hingga beberapa malam. Dalam menyampaikan ceritanya Sang pencerita sering
menggunakan sebutan empunya cerita.
Cerita pelipur lara (Folk Romance) adalah cerita yang
digunakan melipur lara, melipur hati yang nestapa atau pelipur lara bagi
orang-orang yang letih sehabis bekerja seharian. Biasanya mulai diceritakan
oleh pembawa cerita setelah makan malam sampai malam hari bahkan jika ceritanya
panjang bersambung hingga beberapa malam. Pencerita sering menggunakan sebutan
dirinya yang empunya cerita. Tema cerita pada umumnya sekitar istana dengan
perjalanan tokoh dalam mendapatkan kekuatan dan ujian yang dihadapi. Kekuatan
dalam cerita pelipur lara adalah:
1. Adanya penggambaran tokoh yang sangat rinci
menggunakan perumpamaan dan,
2. selalu ada keajaiban yang datang sebagai penolong
tokoh yang mengalami kesulitan.
Sumber: Materi Pengayaan UT
Sumber: Materi Pengayaan UT