Kodifikasi Al Qur'an Periode Abu Bakar

Kodifikasi Al-Qur’an di masa Rasulullah SAW merupakan fase pertama kodifikasi Al-Qur’an yang dilakukan umat Islam. Mereka menghafalkan, mencatat, dan menyusun urutan ayat dan surat dalam Al-Qur’an sesuai petunjuk Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah SAW selesai menyampaikan risalah, mengemban amanah, serta membimbing keberagamaan umat dan wafat pada 11 H atau sekira 632 M, kepemimpinan umat beralih kepada sahabat Abu Bakar As-Shiddiq ra. Di masa kepemimpinannya, Abu Bakar menghadapi berbagai tantangan sosial politik yang luar biasa.

Salah satu masalah besar yang dihadapi Sayyidina Abu Bakar ra adalah peperangan sahabat terhadap kelompok pembangkang (murtad) yaitu beberapa suku di Arab pengikut Musailamah Al-Kadzdzab. Pertempuran di Yamamah (daerah yang terletak di tengah jazirah Arab) ini kemudian disebut dengan Perang Yamamah (12 H) yang selanjutnya berhasil ditumpas oleh panglima Khalid bin Walid.

Pertempuran Yamamah berlangsung sengit. Banyak sahabat ahli Al-Qur’an terkemuka gugur dalam penumpasan kelompok pembangkang tersebut. Jumlah ahli Al-Qur’an yang gugur mencapai 70 sahabat. Peristiwa ini tentu saja menyusahkan umat Islam. Sebagian ahli sejarah mencatat ahli Al-Qur’an yang gugur mencapai 500 orang.

Keresahan ini mendera Sayyidina Umar bin Khattab ra. Ia kemudian menemui khalifah Abu Bakar ra yang didapatinya dalam keadaan sedih dan duka mendalam. Ia menyampaikan rekomendasi kepada khalifah Abu Bakar ra untuk melakukan kodifikasi terhadap Al-Qur’an karena khawatir musnahnya Al-Qur’an yang lebih banyak tersimpan dalam hafalan dan ingatan para sahabat. Sedangkan para sahabat penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur di pertempuran Yamamah.

Awalnya khalifah Abu Bakar ra sempat bimbang dan ragu pada usulan sahabat Umar bin Khattab ra. Kemudian ia mulai yakin setelah sahabat Umar ra menjelaskan segi kemaslahatannya. Hati dan pikiran Abu Bakar ra terbuka. Umar ra berhasil meyakinkan sahabat Abu Bakar ra. Ia memanggil sahabat Zaid bin Tsabit dan memintanya untuk mengodifikasi Al-Qur’an dalam sebuah mushaf. Zaid bin Tsabit juga awalnya bimbang dan ragu, tetapi kemudian pikiran dan hatinya terbuka sebagaimana riwayat Bukhari.

Dalam riwayat yang cukup panjang, Zaid bin Tsabit menceritakan perjalanan dirinya dalam menunaikan tugas besar itu dengan bertutur, "Abû Bakar memberitahukan kepadaku tentang orang yang gugur dalam pertempuran Yamâmah, sementara itu, sahabat Umar berada di sisinya. Abû Bakar berkata, "Umar telah datang kepadaku, dan dia berkata: Peperangan Yamâmah telah mengakibatkan banyaknya penghafal Al-Quran yang gugur. Saya khawatir akan berguguran pula para penghafal lainnya dalam peperangan-peperangan lain sehingga banyak bagian Al-Quran akan hilang. Saya menyarankan anda untuk memerintahkan pengumpulan Al-Quran. Lalu aku katakan kepada Umar: “Bagaimana mungkin aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah Saw.?' 'Umar berkata: "Demi Allah ini merupakan hal yang baik.' Umar terus mendesakku untuk melakukan hal tersebut, sampai akhirnya Allah Swt. melapangkan hatiku dan aku pun menyambut baik pendapat 'Umar."

Kemudian Zaid berkata: "Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku "Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang cerdas dan aku tidak meragukan kemampuanmu. Kamu dulu adalah penulis wahyu untuk Rasulullah Saw., sekarang telusurilah jejak Al-Quran dan kumpulkanlah ke dalam satu mushaf.' Zaid pun menjawab permintaan Abu Bakar "Demi Allah, seandainya aku disuruh memindahkan gunung, maka pekerjaan ini tidak lebih berat dari pada perintah yang dibebankan kepadaku (mengumpulkan Al-Quran). Lalu aku (Zaid) berkata: 'Kenapa anda berdua (Abu Bakar dan 'Umar) melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulllah Saw.?.' Abu Bakar menjawab: 'Demi Allah, itu adalah pekerjaan yang baik. Setelah berulangkali Abu Bakar mendesakku, akhirnya Allah Swt. melapangkan hatiku sebagaimana dilapangkannya hati Abu Bakar dan 'Umar. Lalu aku menelusuri Al-Quran yang tertulis di atas pelepah-pelepah kurma (al-Aktaf), batu batu tulis (al- ‘Usb), dan yang tersimpan di dada-dada sahabat (hafalan), kemudian aku kumpulkan. Akhirnya aku temukan dua ayat bagian akhir surat al-Taubah pada Abû Khuzaimah al-Anshârî, yang tidak kudapatkan pada orang lain, yaitu ayat:

لَقَدۡ جَآءَڪُمۡ رَسُولٌ۬ مِّنۡ أَنفُسِڪُمۡ عَزِيزٌ عَلَيۡهِ مَا عَنِتُّمۡ حَرِيصٌ عَلَيۡڪُم بِٱلۡمُؤۡمِنِينَ رَءُوفٌ۬ رَّحِيمٌ۬ (١٢٨) فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُلۡ حَسۡبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ‌ۖ عَلَيۡهِ تَوَڪَّلۡتُ‌ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلۡعَرۡشِ ٱلۡعَظِيمِ (١٢٩) 

"Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari golongan kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang- orang mukmin. Maka Jika mereka berpaling (dari keimanan), Maka Katakanlah (Muhammad): "Cukuplah Allah Bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada- Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuاan yang memiliki Arsy yang agung." (QS. al-Taubah: 128-129)

Dan lembaran-lembaran yang telah dikumpulkan itu berada di tangaى Abu Bakar sampai beliau wafat, kemudian dipegang 'Umar lalu disimpan oleh Hafshah bint 'Umar."

Membaca riwayat Zaid di atas, terlihat jelas bahwa pelaksana pertama penghimpun Al-Quran adalah Zaid bin Tsabit, sedangkan Abu Bakar yang saat itu menjadi Khalifah adalah orang yang memerintahkan penghimpunan tersebut. Peran 'Umar bin Khaththab adalah pemilik pertama ide gagasan jam' al-Qur'an ke dalam satu tempat (mushaf).


Sumber
  • Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fafh al-Bari, vol. IX, hal. 22
  • Muhammad Salim Muhaisin, Tarikh al-Quran al-Karim, hal 130-134
  • Ibrahim an-Na’mah, Ulum al-Quran, hal 36.
  • M. Ali as-Shabuni, at-Tibyan fi Ulum al-Quran, hal. 53-54
  • Tim RADEN 2011, Al-Quran Kita: Studi Ilmu, Sejarah dan Tafsir Kalamullah, hal. 46,55
  • M Abdul Azhim Az-Zarqani, Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an, hal 249
  • Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, vol. IV, hal 1720

 Last Modified: 15/3/2024