Karakteristik Kurikulum PAI

Secara umum karakteristik kurikulum pendidikan Islam adalah pencerminan nilai-nilai Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus difahami bahwa karakteristik kurikulum pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya.

Menurut Al-Syaibany, di antara ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu adalah:

  1. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekniknya.
  2. Meluaskan perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial dan spiritual. Begitu juga cakupan kandungannya termasuk bidang ilmu, tugas dan kegiatan yang bermacam-macam.
  3. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni, pengalaman dan kegiatan pengajaran yang bermacam-macam.
  4. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu  teoritis, baik yang bersifat aqli maupun naqli, tetapi juga meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer, teknik, pertukangan, bahasa asing dan lain-lain.
  5. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan, dan perbedaan individual antara siswa. Di samping itu juga keter-kaitannya dengan alam sekitar budaya dan sosial di mana kurikulum itu dilaksanakan.

Karakteristik kurikulum sebagai program pendidikan Islam sebagaimana dikemukakan di atas selanjutnya tidak hanya menempatkan anak didik sebagai objek didik, melainkan juga sebagai subjek didik yang sedang mengembangkan diri menuju kedewasaan sesuai dengan konsepsi Islam. Karenanya kurikulum tersebut tidak akan bermakna apapun apabila tidak dilaksanakan dalam suatu situasi dan kondisi di mana tercipta interaksi edukatif yang timbal balik antara pendidik di satu sisi dengan peserta didik di sisi lain. Di sini terlihat ciri khas kurikulum pendidikan Islam yang memandang peserta didik sebagai makhluk potensial untuk mengembangkan dirinya sendiri melalui berbagai aktivitas kependidikan. Pendidik dan seluruh komponen kependidikan lainnya, termasuk kurikulum, hanya merupakan media atau sarana yang harus menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi proses pengembangan.

Al-Gazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari disekolah sebagai berikut:

  1. Ilmu Al-quran dan ilmu agama, seperti Fiqih, Hadist, dan Tafsir.
  2. Sekumpulan bahasa, nahwu, shorof, balaghoh serta makhraj dan lafaz-lafaznya, karena ilmui ini berfungsi membantu ilmu agama.
  3. Ilmu-ilmu yag fardu kifayah, yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi yang beraneka ragam jenisnya, termasuk juga ilmu politik
  4. Ilmu kebudayaan seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang filsafat.

Jenis-jenis ilmu inilah yang seharusnya dijadikan substansi kurikulum lembaga-lembaga Pendidikan Islam, mesikpun bentuknya  harus diadakan modifikasi, formulasi, ataupun penyempurnaan sesuai dengan tuntutan masyarakat setempat, mengingat lebaga pendidikan adalah cermin dari cita-cita masyarakat.

Prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam tentang penyusunan kurikulum menghendaki keterkaitannya dengan sumber pokok agama, yaitu Alqur’an dan Hadis, dimanapun dan kapan-pun pendidikan itu berada. Prinsip yang ditetapkan oleh Allahdan diperintahkan oleh Rasulullah, berikut ini dapat dijadikan pegangan dasar kurikulum tersebut:

Firman Allah SWT dalam surah Al-Qashash: 77 

وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَٮٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأَخِرَةَ‌ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَأَحۡسِن ڪَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَ‌ۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ (٧٧) 

“Carilah segala apa yang telah dikaruniakan Allah kepadamu mengenai kehidupan diakhirat dan janganlah kamu melupaka nasibmu hidupmu didunia dan berbuatlah kebaikan sebagaiana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamunberbuat kerusakan di muka bumi , sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang beruat kerusakan”.(Al-Qashash: 77)

Hadits nabi yang artinya: Barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia,  maka ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itu pun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kedua-duanya maka itupun harus dengan ilmu. (HR. Thabrani)

Sumber: 

  • Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979)
  • Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010). 
 Last Modified: 20/2/2024