Filsafat Ilmu: Dimensi Aksiologis

Pengertian Aksiologis
Istilahnya berasal dari Yunani, axio yang berarti nilai dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi aksiologi adalah 'teori tentang nilai'. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu kepada permasalahan etika dan estetika. Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. 

Objek Aksiologis
Objek aksiologis,memuat pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan. Aksiologi memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan berikut: 
  • untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan?
  • bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral?
  • bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
  • bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasional metode ilmiah dengan norma-norma atau profesional?
Etika
Etika sebagai kajian tentang hakikat moral dan keputusan (kegiatan menilai). Kegiatan moral telah dibangun berdasarkan toleransi atau ketidakpastian. Makna etika dipakai dalam dua bentuk: 
  • pertama, etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. 
  • kedua, merupakan suatu prediket yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan atau manusia-manusia lain. 
Objek formal etika meliputi norma-norma kesusilaan manusia, dan memperlajari tingkah laku manusia baik buruknya. Nilai itu subjek apabila subjek sangat berperan dalam segala hal, kedasaran manusia menjadi tolak ukur segalanya atau eksistensinya,maknanya dan validitasnya tergantung pada reaksi subjek melakukan penilaian tanpa mempertimbangkan apakah ini bersifat fisik atau psikis. Nilai itu objektif; objektif ini teranggapan pada tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya. 

Estetika
Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji tentang hakikat indah dan buruk. Sifat-sifat dasar menganduung: pembenaran, sistematik, dan intersubjektif. 

Syarat Pengetahuan Ilmiah
  • Universal, berarti berlaku umum, lintas ruang dan waktu. Ternyata sifat universal mempunyai keterbatasan. Keterbatasan sifat ini lebih nyata lagi pada ilmu-ilmu sosial. Ada perbedaan antara karakter universal ilmu-ilmu sosial dengan karakter ilmu universal ilmu-ilmu eksakta, misalnya antara ilmu sejarah dengan mekanika. Maka keterbatasan sifat universal berkaitan dengan karakter universalnya. 
  • Dapat dikomunikaksikan 
  • Progresif, dapat diartia adanya kemajuan, perkembangan atau peningkatan.  
Sumber: A.Susanto, 2011. Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologi, Epistemologis, dan Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara